Pekerja Sex Komersial di Pasar Jibama, Kota Wamena perlu di tertibkan
(Foto/papua.kemenag.go.id) |
Keberadaan Lokalisasi PSK menjadi empuk di kunjungi oleh kalangan
pemuda sedangkan para pembisnis penyaluran Pekerja Sex Komersial (PSK)
susah di tertibkan, keadaan ini memberikan pemukulan besar bagi setiap
pemimpin Papua untuk dapat jelih menertibkan praktek prostitusi di Tanah
Papua.
(Wamena/ KOMa – RIA) Praktek Prostitusi bebas di
jalankan hampir di setiap pelosok Tanah Papua. Keberadaan Pekerja Sex
Komersial (PSK) di sudut pasar lokal Jibama perlu di tertibkan karena
hal tersebut telah meresahkan masyarakat di kota Wamena, Papua.
Keberadaan PSK ini memberikan dampak negatif di tengah – tengah
masyarakat terutama para kaum muda. KOMa – RIA Papua Saat dihubungi oleh
Yosep Tatogo melalui via HP, pada (5/2014) membenarkan hal tersebut.
Yosep sapaannya menerangkan, “keberadaan para PSK ini telah berada
cukup lama, selain mereka menjajahkan tubuh di kota Wamena pun juga
mereka mulai menjajak ke daerah pemekaran baru untuk membuka usaha kios
sembako dan melakukan praktek yang sama”, ungkap Tatogo.
Hal itu juga di benarkan oleh tokoh Pemuda Jayawijaya, Harry Dabla.
Ia menjelaskan bahwa, “ para pemuda kalau sudah mabuk, lokalisasi
menjadi sasaran tujuan mereka”. Selain itu tambahnya, “ hampir rata –
rata para pemuda sebagai pengunjung setia tetapi juga ada para pejabat
menjadi langganan tetap”, jelasnya.
Dari sumber yang terpercaya, mengatakan lagi bahwa, “sebagian besar
PSK di datangkan dari pulau Jawa tetapi sekarang sudah ada praktek PSK
lokal, tarif yang ditentukan berkisar Rp. 500.000 ke atas / sekali
berhubungan intim.
Tokoh Agama setempat, Pdt. Josh Wenda, S.Th, melihat keberadaan
praktek prostutisi ini, ia sangat menyayangkan karena telah menyebar ke
setiap daerah baru. Imbuhnya, “tentu ada pihak – pihak yang berperan
mulus menjalankan kegiatan tidak bermoral ini”. Oleh karenanya, “semua
pihak harus bisa duduk bersama membicarakan hal ini supaya ada tindakan
dini untuk menertibkan”.
Pendeta berjiwa muda ini menyimpulkan bahwa “mengingat penularan HIV /
AIDS lebih banyak terjangkit melalui hubungan sex, apalagi data
penderita HIV/AIDS oleh KPA Jayawijaya di tahun 2013 menembus angkah
3.655 kasus, mahu dan tidak mahu, Pemerintah sebagai penyelenggara dan
pengayom masyarakat harus jelih melihat hal ini”. (pm)
Tidak ada komentar: