TNI/POLRI MELINDUNGI DAN MEGIRIM PSK KE PAPUA
JAYAPURA - Aparat kemanan dituding terlibat dalam prakter prostitusi dan pengiriman minuman keras ke lokasi penambangan rakyat di Degeuwo Kabupaten Pania, Papua. Hal itu diungkapkan Aktivis Perempuan Papua , Natalia Magai. “Banyak PSK yang kerap naik ke Degewo untuk berpraktek prostitusi, meski kami sudah sering mengingatkannya, tapi mereka tidak pernah mengindahkannnya, karena mereka selalu dilingi aparat keamanan,’’tukas Natalia, kepada wartawan Jumat 1 Juni. Bahkan, sambungnya, dirinya pernah berupaya mencegah pengiriman PSK dan Miras ke Degewo, tapi malah dihalangi aparat keamanan di Bandara Nabire. “Saya malah ditarik keluar dari lokasi bandara saat mencoba menghalangi pengiriman PKS kesana,’’paparnya. Jadi, sambungnya, aparat polisi yang meindungi pengiriman PSK dan Miras ke Degewo. Sementara PSK bersedia dikirim kesana, karena pemilik karaoke menggaji mereka setiap buka Rp1,5 juta. ‘’Pengakuan PSK, mereka digaji setiap bulan oleh pemilik tempat hiburan, belum lagi tip dari setiap pelanggan,’’ungkapnya. Saat ini, di lokasi tambang ada sekitar 13 tempat hiburan yang beroperasi. Dan setiap karaoke dihuni 12-13 PSK. Mereka ada yang berasal dari Manado dan Jakarta. Sementara itu masyarakat dan kelurga korban penembakan Brimob di Degeuwo Kabupaten Pania, Papua 15 Mei lalu, Jumat 1 Juni menemui Wakil Ketua I Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP), Yunus Wonda, guna menyampaikan asiparasi mereka, Jumat (01/06). Coordinator masyarakat John Gobay yang juga Ketua Dewan Adat (DAP) Paniai mengatakan, salah satu tuntutan masyarakat Degewo dan keluarga korban adalah, penarikan pasukan Brimod dari lokasi, sebab masyarakat masih trauma pasca penembakan. “Kami menuntut agar para pengusaha tidak memanfaatkan jasa pengamanan untuk kepentingan usaha tambang mereka. Masyarakat juga ingin agar alat-alat berat yang ada di sana ditarik,’’paparnya. Menurutnya, ada dua pos Brimob di lokasi tambang Degeuwo yakni satu pos di Bayabiru dan satu pos lagi di lokasi 99 Ndeotali. Namun Jhon Gobay tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah personil yang ditempatkan di sana. Selain itu, masyarakat meminta agar DPRP membantu menyikapi banyaknya tempat prostitusi di daerah penambangan. “Masyarakat hanya meminta Pemda setempat untuk menutup tempat prostitusi seperti karaoke dan lainnya karena menimbulkan dampak negatif. Soal tambang tidak, karena itu merupakan kehidupan dan mata pencaharian masyarakat,’’tukasnya. Mengenai kasus penembakan lima warga lalu yang menewaskan Melanus Abaa Kegepe dikatakannya, Wakil Ketu DPR Papua Yunus Wonda menyanggupi dan akan menugaskan Ketua Komsi A untuk memanggil Kapolda guna beraudiensi dengan masyarakat , agar masyarakat bisa menyampaikan langsung keinginan mereka. (jir/don/l03)
Pengurus blog Baliem Center yang kami hormati, kami sediakan layanan pendaftaran domain murah dan terjangkau, silahkan daftar di www.melanesia.ws. Kalau tidak kami daftarkan domain Untuk Anda dan anda tinggal kirim uang ke akun rekening mandiri kami. contoh nama domain misalnya baliemcenter.com atau belimcentre.com bisa kami belikan. Atau baliemcentre.info. Bagaimana? terimakasih.
BalasHapusJangan penah mempelajari yg kita tidak suka,,karena itu semua akan sia-sia,,,,,,
BalasHapus