Bupati Lanny Jaya Beda Pendapat dengan Menkes Soal Program KB
TIOM
[PAPOS] – Bupati Lanny Jaya, Befa Yigibalom, SE, M.Si berbeda pendapat
soal program nasional Keluarga Berencana (KB) dengan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, dr.Nasfian Mboi, Sp.A,MPH. Tingginya angka kematian
yang Lanny Jaya, ia meminta kepada masyarakatnya terutama kaum ibu untuk
bisa melahirkan anak sebanyak-banyaknya agar tanah luas yang dimiliki
bisa diisi orang asli Papua.
“Angka
kematian di pegunungan cukup tinggi, karena penyakit HIV/AIDS, TBC Paru
dan ISPA. Untuk itu program di Lanny Jaya adalah wajib melahirkan anak
seperti di Australia. Tanah yang besar ini harus didiami oleh orang asli
Papua. Program orang pegunungan adalah No KB. Hanya di Pegunungan
Tengah Papua, bukan di seluruh Indonesia,” tegas Befa pada pencanangan
pembangunan kota mandiri, Tiom, Sabtu (20/7).
Menanggapi
pernyataan Bupati Lanny Jaya soal KB, Menkes mengatakan, anak yang
sehat hanya bisa lahir dari rahim yang sehat. Oleh karena itu, jika
seorang harus melahirkan anak setiap tahun tentunya rahim dari seorang
ibu tidak akan sehat dan anak yang dilahirkan tentunya tidak akan sehat.
Menkes
menyadari keinginan Bupati Lanny Jaya yang ingin tanah yang dimilikinya
bisa didiami oleh masyarakatnya secara luas, namun perlu diperhatikan
mutu dari anak-anak yang dilahirkan untuk bisa menjadi pemimpin-pemimpin
yang handal. “
Saya tahu bapak bupati adalah bupati yang luar biasa, yang diinginkan
bukan banyak anak untuk mengisi tanah ini, akan tetapi mengharapkan
banyak anak yang bermutu tinggi yang bersaing di seluruh dunia yang ke
depannya akan menjadi pemimpin-pemimpin di Indonesia,” kata Menkes.
Menurut
Menkes, sesuatu yang direncanakan dengan baik akan menghasilkan sesuatu
yang baik pula, begitu pula dalam merencanakan sebuah keluarga dan
anak. ”Untuk itu harus keluarga berencana bapak. Semua yang tidak
direncanakan hasilnya akan tidak baik, termasuk melahirkan anak, harus
direncanakan,” ujarnya.
Menkes
minta kepada seluruh jajaran kesehatan perhatikan agar setiap calon ibu
dan ibu hamil diberikan tetanustoxoid. Kalau sudah mendapat
antitetanus, dari SD kemudian SMP sebelum dia hamil, maka anak-anak pun
akan tehindar dari tetanus. Dengan upaya ini, tidak ada lagi tetanus di
tanah ini.
Lanjut
Menkes, pemberian berbagai vaksin bagi anak-anak termasuk di dalamnya
antitetanus merupakan upaya dan kemampuan yang diberikan pemerintah.
Dalam hal ini kementerian kesehatan sehingga bisa menghasilkan anak-anak
tidak hanya cerdas, tapi juga anak yang tidak mati dini oleh karena
tetanus dan penyakit-penyakit yang bisa dicegah. [rico]
Tidak ada komentar: