Baliem Medical Center adalah bagian dari Baliem Mission Center yang
khusus memberi pelayanan di bidang kesehatan. Perjalanan pelayanan
Baliem Medical Center diawali dari Wamena menuju ke Nabire pada tanggal
30 Juli 2012 untuk memberi pelayanan di Orainamba dan Esrotnamba, untuk
menindaklanjuti kunjungan perdana Baliem Mission Center di Orainamba
pedalaman Kaimana-Papua Barat.
Dalam perjalanan kali ini, kami terbagi dalam dua kelompok
penerbangan, ini dikarenakan kapasitas daya angkut pesawat yang kami
tumpangi. Ada pun kelompok pertama yang berjumlah lima orang dipimpin
langsung oleh Direktur Baliem Mision Center, berangkat menggunakan
pesawat Cesna milik MAF. Cuaca agak kurang bersahabat dipagi itu dengan
turunnya hujan. Kami pun menunggu hingga cuaca sedikit cerah agar dapat
melakukan penerbangan. Dalam cuaca seperti itu tentu saja perjalanannya
akan memakan waktu, dan diperkirakan lamanya sekitar dua setengah jam.
Namun, setelah terbang cuaca menjadi lebih cerah, sehingga kami tiba
lebih cepat dari jadwal yang ditentukan. Keesokan harinya (31 Juli 2012)
dua anggota tim kami menyusul dengan menggunakan helicopter milik
Helivida yang dikemudikan oleh pilot Erwin. Siang harinya kami pun
bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan ke Orainamba dan Esrotnamba
menggunakan Helivida.
Esrotnamba daerah yang belum tersentuh oleh pembangunan dan kehidupan
modern, daerah yang sama sekali baru bagi kami. Masyarakat disana
menerima kami dengan sangat bersahabat. Hal yang menambah keharuan saya
adalah saat menyaksikan kehidupan masyarakat yang sangat sederhana.
Terima kasih Tuhan buat kesempatan yang Engkau berikan untuk dapat
berbagi dengan sesamaku di atas tanah dan negeri yang sangat indah ini.
Dari sekian banyak perjalanan pelayana kesehatan yang saya lakukan di
desa-desa terpencil lainnya, Esrotnamba sangat berkesan di hati.
Hari pertama kami di Esrotnamba tidak banyak yang kami lakukan, hanya
berdiskusi dengan masyarakat setempat, karena kami harus beristirahat
dan memulai pelayanan kesehatan keesokkan harinya.
Tanggal 1 Agustus 2012, saya terbangun karena mendengar kicauan
burung dan suara ayam berkokok yang sangat keras. Rupanya di daerah ini
masih banyak terdapat burung kakatua dan burung nuri. Matahari belum
terbit sekitar pukul 5 pagi, namun saya bangun dan mendatangi pondok
mama Regina. Dari kejauhan tampak terlihat nyala api dari tungku mama
Regie. Mama Regie tipikal seorang wanita yang sangat kuat, pekerja
keras, seorang ibu yang penuh perhatian dan bertanggungjawab. Mama baru
akan tidur ketika semua tamu dan keluarganya sudah tidur dan ia akan
bangun lebih pagi ketika seluruh anggota keluarga belum bangun.
Sambil menghangatkan badan mama Regina membakar pisang, keladi dan
merebus air panas diatas tungku api. Kita hanya menggunakan bahasa tubuh
untuk berkomunikasi karena mama tidak bisa berbahasa Indonesia. Anak
laki-lakinya lalu bangun, karena tahu bahwa kami tidak dapat
berkomunikasi (beberapa anak muda telah diajarkan berbahasa Indonesia
oleh Pdt Petrus Giyai sejak pertama kali dating kesana tahun 2011).
Akhirnya kita bertiga bisa bercerita sambil menikmati pisang bakar yang
masih panas. Tak terasa matahari telah terbit dan puji Tuhan karena
diberikan pagi yang sangat cerah, saya lalu pamit ke mama Regie dan
beranjak pergi mempersiapkan diri untuk kegiatan pelayanan.
Sekitar Pukul 09 pagi, kami Tim Baliem Medical Center yang terdiri
dari dr Maria Rumateray, dr Roland Lallo dan Zr Christin.Walillo telah
siap untuk memberi pelayanan kesehatan, Ibu-Ibu dan anak-anak sudah
berdatangan ke pondok pelayanan kesehatan,,sementara bapak-bapak masih
sarapan pagi dan berdiskusi dengan bapak-bapak pendeta dari kota.
Pelayanan kesehatan pagi itu belum bisa dimulai karena ibu-ibu agak
sungkan untuk menyampaikan sakitnya kepada kami. Ternyata sudah menjadi
kebiasaan pada suku ini, bahwa mereka tidak dapat menyampaikan
keluhannya jika ada laki-laki yang asing bagi mereka. Akhirnya
pelayanaan untuk wanita dan anak-anak dilayani oleh dokter Maria. Dan
setelah selesai pelayanan ibu dan anak dilanjutkan dengan pelayanan para
pria oleh dr Roland.
Pelayanan berjalan lancar dan kami juga dibantu oleh seorang
penterjemah sehingga keluhan sakit dari semua pasien dapat kami ketahui
dengan baik. Ada sebuah kisah yang cukup unik dari seorang mama. Pada
saat pemeriksaan fisik ternyata ditemukan ada pembesaran hati,hepar
teraba 4 jari bawah arkus kosta. Ketika kami memberitahukan
kemungkinan–kemungkinan penyebab pembesaran hati ini secara medis,
ternyata hal itu malah membuat si mama menangis. Kami sempat berpikir
bahwa mungkin ada yang salah dari penjelasan tersebut. Ternyata tidak,
menurut mama sakitnya itu disebabkan karena ia sedang jalin hubungan
dengan seorang pria. Dan yang membuatnya menjadi sakit seperti itu,
karena si pria tersebut pergi meninggalkannya. Sehingga si mama sakit
hati dan menyebabkan hatinya menjadi besar…..kami semua tersenyum.
Dari pelayanan selama dua hari, kami juga mengumpulkan data beberapa
marga/fam di kampung tersebut, antara lain marga/fam Usera, Tabuane,
Murai, Kombey, Mufara, Sinaonda dan Oru,
Kemudian 5 penyakit besar yang kita temukan adalah : ISPA, Febris,
Mialgia, Tinea, serta satu kasus Hydrocel yang kami rujuk untuk bedah di
Jayapura. Operasi/bedah berjalan baik dan pasiennya sudah kembali ke
Esrotnamba.
Total masyarakat yang kami layani sejumlah 50 orang, dengan jumlah
pria 27 orang dan wanita 23 orang. Yang dikelompokan menurut umur 0-5
tahun 14 orang, 5-15 tahun 6 orang, 15-40 tahun 15 orang, 40-60 tahun 8
orang dan lebih dari 60 tahun 7 orang.
Tim lalu berdiskusi dan sepakat untuk beberapa hal yang harus
ditindaklanjuti kedepan bagi masyrakat setempat. Diantaranya, melakukan
pelayanan kesehatan secara kontinyu untuk mereka setiap dua bulan
sekali, penyediaan rumah sehat, penyediaan air bersih, pembuatan MCK,
pembuatan tempat sampah organic dan non organic. Dan berharap kedepan di
kampung ini dapat dilayani oleh Dokter PTT yang bersedia di tempatkan
disana, juga tenaga perawat, bidan dan tenaga Gizi. Tenaga Gizi sangat
diperlukan untuk mengajarkan tentang cara-cara mengelolah makanan yang
sehat dan bergizi. Menurut pengamatan kami, masyarakat setempat tidak
kekurangan makanan, semua telah tersedia baik itu karbohidrat, protein,
sayur-sayuran dan buah.
Kebersihan lingkunag sekitar halaman rumah sangat dijaga, demikian
juga kebersihan disekitar danau. Masyarakat sangat memahami bagaimana
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan di sekitar danau. Hal itu
nampak dari air danau yang tidak tercemar.
Kami pun berupaya bersama masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan
masyarakat dan kesehatan lingkungan. Kami berupaya sedapat mungkin untuk
mensterilkan helicopter yang kami tumpangi agar tidak membawa
nyamuk,dan hewan lainnya yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang
baru bagi masyarakat setempat.
Hari ketiga di Esrotnamba, kami hanya melakukan kunjungan ke rumah
warga sambil membagikan garam dan bahan kontak lainnya yang kami bawa
dari Nabire. Setelah itu kami menyempatkan diri untuk bersampan di
tengah danau sambil menunggu sekelompok ibu-ibu yang menyiapkan bakar
batu (cara masak ala Papua) untuk makan siang bersama, juga tak
ketinggalan masakan mama Regina yang sangat enak, yaitu 10 ekor ikan
gabus yang yang di pancing kurang lebih 20 meter di pinggiran danau.
Ikan tersebut dibersihkan lalu diberi garam dan cabe, kemudian dimasukan
kedalam bambu dan dibakar di tungku api mama Regina.
Pekerjaan belum berakhir ditempat ini, kami akan tetap memberikan
pelayanan kesehatan kepada saudara-saudara kami, sampai tersedia balai
pengobatan dan tenaga kesehatan yang menetap bersama warga kampung
Esrotnamba.
Sungguh sebuah pelayanan kemanusian yang sangat luar biasa dan
menyentuh hati nurani. Dalam hati saya berkata, ‘kita melewati kehidupan
ini hanya sekali saja, oleh sebab itu setiap kebaikan yang bisa kita
lakukan, atau setiap kemurahan yang bisa kita tunjukan kepada sesama,
biarlah dilakukan sekarang juga, jangan ditunda atau dilupakan, karena
sesuatu yang kita lakukan tidak akan terulang lagi’.
Terima kasih Tuhan, untuk perjalanan kemanusian ini. Kami Bisa Ada
untuk melihat, mendengar, mencintai dan melayani saudara-saudara kami
di atas Tanah dan Negeri kami.
Dari perjalanan dr. Maria Rumateray
Tidak ada komentar: